Uwais Al-Qarni

MUKADIMAH

Bissmillahirohhmanirrohim

Seorang manusia bisa saja bangga ketika terkenal di seluruh dunia. Namun hal itu tidak menjadi jaminan dirinya terkenal diantara penduduk langit. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa di langit ada ribuan malaikat yang selalu mengucapkan kalimat pujian kepada Allah SWT. dan terdapat pula Arasy hal itu membuat kedudukan langit menjadi sangat spesial dalam Islam. Ternyata ada seorang manusia yang sangat terkenal di kalangan penduduk langit tersebut.

Bukan seorang tokoh dunia yang terkenal, dia hanya manusia biasa yang bekerja sebagai penggembala kambing miskin dan sudah yatim. Namun, Rasulullah SAW mengatakan bahwa semua penduduk langit mengenalnya, bahkan doanya selalu dikabulkan oleh Allah SWT. Tidak terkenal dibumi tapi terkenal dilangit, Siapakah dia? 


• KEHIDUPAN UWAIS AL QORNI

Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.

"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Masya Allah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."

Masya Allah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih dibawah pundaknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan dibawah pundaknya? itulah tanda untuk petunjuk bagi Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rosululloh.

Dari segi ekonomi Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.

Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari. Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. 

• UWAIS Al-QARNI PERGI kE MADINAH

Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.

Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.

Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.

Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.

Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.

Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih dibawah pundaknya.”

Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

• PERTEMUAN DENGAN UMAR DAN ALI

Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?

Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do'a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do'a pada kalian.”

Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

• KETIKA UWAIS Al-QARNI WAFAT

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

• PENEGAS ALLHADITS

Beliau adalah Uwais bin Amir bin Jaz-un bin Malik al-Qorni, al-Muradi, al-Yamani. Nama qunyah beliau adalah Abu Amr, beliau adalah suri teladan dalam kezuhudan, beliaulah salah satu dari pemimpinnya para tabi’in pada zamannya.

Keterasingannya pada penduduk bumi dan kemasyhurannya pada penduduk langit

Beliau seorang wali dari wali-wali Allah yang bertaqwa kepada penciptanya, berbakti kepada orang tuanya, sehingga tidaklah heran jikalau Allah Ta’ala memujinya di kalangan penduduk langit, Demikian juga Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengkabarkan tentang kemuliaan dan kedudukannya kepada sebagian para shahabatnya, walaupun kebanyakan manusia di zamannya tidak mengenal dan bahkan lebih dari itu mengucilkan dan menghinakannya.

Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik tabi’in adalah seorang lelaki yang dipanggil Uwais, dia mempunyai seorang ibu, dan padanya terdapat tanda putih (di bawah pundaknya –red), maka suruhlah dia untuk memintakan ampun bagi kalian.(HR. Muslim).

Diriwayatkan dari Usair bin Jabir, bahwa penduduk Kufah mengirim beberapa utusan, dari utusan yang diutus ada seorang yang menghina Uwais, maka Umar berkata: “Apakah ada seseorang yang berasal dari suku Qorni”, maka datanglah laki-laki tersebut, maka Umar berkata kepadanya: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya ada seorang laki-laki akan datang kepada kalian dari Yaman, yang dipanggil dengan Uwais, tidaklah dia meninggalkan di Yaman selain ibunya, dia pernah tertimpa penyakit kusta (belang), dan kemudian dia berdoa kepada Allah (agar disembuhkan) maka Allah menghilangkan penyakit itu darinya dan tersisa (dari penyakit itu -red) sebesar dinar atau dirham, barangsiapa yang bertemu dengannya dari kalian, maka mintalah dia untuk memohonkan ampunan bagi kalian”. (HR. Muslim)

Dari Usair bin Jabir dia berkata: “Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu jika datang kepadanya rombongan (pasukan perang) dari Yaman maka beliau radhiyallahu ‘anhu menanyai mereka: “Apakah ada diantara kalian yang bernama Uwais bin Amir?”, (akhirnya Umarpun-red) mendapati Uwais dan berkata: “Apakah anda Uwais bin Amir?”, maka laki-laki tersebut menjawab: “Ya”, (umar berkata): dari Muradi (di daerah -red) Qorni”, Uwais berkata: “Ya”, Umar berkata: “Apakah engkau pernah terkena penyakit kusta(belang), kemudian engkau sembuh, kecuali tersisa sebesar dirham, Uwais berkata: “Ya”, Umar berkata: “Apakah engkau masih mempunyai ibu?”, Uwais berkata: “Ya”, maka Umar berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan orang Yaman, yang berasal dari Muradi (di daerah -red) Qorni, dia pernah terkena penyakit kusta (belang), kemudian dia sembuh kecuali tersisa sebesar dirham, dia masih mempunyai seorang ibu, dan dia berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas nama Allah maka Allah akan mengabulkannya, jika engkau dapat meminta dia untuk memintakan ampunan bagimu maka lakukanlah”. Maka Umar berkata: “Mohonkanlah bagiku ampunan”, maka iapun memintakan ampunan baginya(Umar), kemudian Umar berkata kepadanya: “Kamu mau kemana?”, Uwais berkata: “Kufah”, Umar berkata: “Apakah engkau ingin aku menulis surat untuk engkau bawa kepada pembesar (Kufah) (agar dia memperhatikanmu -red)?”, maka dia berkata: “Aku lebih menyukai menjadi bagian dari orang-orang miskin dan bergaul dengan mereka”.

Maka datanglah bulan haji setelah tahun tersebut, ada seorang yang terpandang dari (Kufah) melaksanakan Haji, maka Umar menghentikannya dan bertanya kepadanya tentang Uwais, maka laki-laki tersebut menjawab: “Dia adalah seseorang yang sedikit hartanya”, maka Umar berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan orang Yaman, yang berasal dari Muradi (di daerah -red) Qorni, dia pernah terkena penyakit kusta (belang), kemudian dia sembuh kecuali tersisa sebesar dirham, dia masih mempunyai seorang ibu, yang dia berbakti kepadanya, seandainya dia bersumpah atas nama Allah maka Allah akan mengabulkannya, jika engkau dapat meminta dia untuk memintakan ampunan untukmu maka lakukanlah”. Maka laki-laki tersebut mendatangi Uwais dan berkata: “Mintakanlah ampunan bagiku”, maka Uwais bekata: “Engkau baru (pergi haji, engkau yang seharusnya) mintakan bagiku ampunan”, maka ia berkata: “Mintakanlah ampunan bagiku. maka Uwais berkata lagi: “Engkau orang yang baru (pergi haji, engkaulah yang seharusnya) mintakan ampunan bagiku”,Uwais berkata: “Apakah engkau bertemu Umar?, laki-laki itu berkata: “Ya, dan engkau telah memintakan ampunan baginya”. Kemudian (setelah itu -red)orang-orangpun memahaminya, dan diapun pergi”.  Usair(perawi) berkata: “Aku memberikannya Burdah (kain bergaris untuk selimut), setiap orang yang melihatnya berkata: “Darimana Uwais mendapakan Burdah tersebut?”. (HR. Muslim).

Diriwayatkan dari Ashbagh bin Zaid dia berkata: “Sesungguhnya yang menghalangi Uwais untuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah baktinya kepada ibunya”. (Hilyah Auliya)

Beliau adalah seorang yang zuhud, yang menjadikan akhirat sebagai satu-satunya tujuan dan dunia sebagai persinggahan. Di dalam kemiskinannya dia tidak ketinggalan dalam bersedekah, yang mana amalan tersebut kebanyakan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang mampu atau kaya saja, tetapi Uwais tidak menjadikan kondisinya sebagai alasan, dia bersedekah dengan apa yang ia miliki. Berikut beberapa riwayat yang menceritakan tentangnya:

Diriwayatkan dari Muharib bin Ditsar, dia berkata: “ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya dari umatku ada orang yang tidak dapat mendatangi masjidnya atau tempat shalatnya(sekitar rumahnya -red) disebabkan tidak mempunyai pakaian, keimanannya menghalanginya untuk meminta kepada manusia, dan dari mereka adalah Uwais al-Qorni dan Furat bin Hayyan”.
(Imam azd-Dzahabi berkata di dalam kitabnya Siyar: Riwayat ini di keluarkan Abu Nu’aim di dalam Hilyah, akan tetapi sanad hadis terputus karena Muharib adalah seorang Tabi’in).

Diriwayatkan dari Mughirah, dia berkata: “Sesungguhnya Uwais al-Qorni bersedekah dengan pakaiannya, sehingga ia tidak berpakain dan tidak mendapatkan baju untuk dipakainya menuju shalat jum’at”. (Al-Hilyah).

Inilah kisah Uwais yang dengan amalan shalihnya Allah memuliakannya di antara parahamba-Nya.Mudah-mudahan kisah ini dapat kita jadikan pelajaran dalam kehidupan kita, amin.

Rujukan : Saduran kitab Siyar A’lami Nubala, jilid 4/19-33,  Siarus Salafis Shalihin, jilid 3/682-688, Hilyah Auliya Wa Thabaqatul Aushfiya, jilid 2/79-87, dan Shahih Muslim bab Fadhail Uwais al-Qorni, Pustaka Arafah Cetakan1


 Ditulis Oleh : Adi Mahardika, S.I.Kom

Komentar

Popular Post