Pasca Perang Nuklir Milyaran Manusia Akan Mati Kelaparan
Sebuah studi yang baru saja diterbitkan telah memperingatkan tentang dampak yang mengerikan dari perang nuklir, terutama pada pasokan pangan global, yang menyebabkan kematian manusia tidak hanya disebabkan oleh efek langsung dari ledakan nuklir, tetapi juga kelaparan.
Para peneliti memperkirakan bahwa lebih dari 2 miliar orang akan mati hanya karena perang nuklir, dan lebih dari 5 miliar orang dapat mati karena perang antar negara adidaya, termasuk dampak kekurangan pangan.
Studi ini melihat bagaimana enam skenario berbeda akan mempengaruhi iklim global.
Skenario terkecil mewakili perang antara India dan Pakistan yang melibatkan pertukaran 100 bom 15 kiloton, yang akan meluncurkan 5 miliar kilogram asap ke atmosfer.
Skenario terbesar, khususnya antara negara adidaya, adalah serangan timbal balik dari 4.400 bom 100 kiloton yang melibatkan 7 negara, yang akan menghasilkan 100 miliar kilogram asap nuklir. Dalam skenario perang terkecil (India versus Pakistan), diperkirakan 27 juta orang akan tewas seketika akibat ledakan tersebut dan 255 juta orang akan kelaparan di tahun kedua setelah perang. Ini belum termasuk akibat lain seperti kerusakan infrastruktur, kontaminasi radioaktif dan rata-rata 8% pemanasan global.
Skenario perang terbesar akan segera membunuh 360 juta orang dan menyebabkan lebih dari 5 miliar orang mati karena kekurangan makanan.
Negara-negara senjata nuklir di garis lintang yang lebih tinggi di belahan bumi utara, termasuk AS, Inggris, Prancis, Rusia, dan China, akan mengalami penurunan suhu terbesar dari semua skenario, di mana penurunan suhu akan berdampak lebih besar pada pertanian daripada di daerah tropis.
Studi tersebut memperkirakan bahwa, dalam konflik nuklir antara dua negara adidaya, lebih dari 5 miliar orang akan mati kelaparan pada khususnya. Mereka menentukan ini dengan melakukan simulasi perang yang meramalkan bahwa asap yang menyebar akan menghalangi sinar matahari mencapai Bumi, menyebabkan "Nuclear Winter", atau suhu dingin global seluruh dunia.
Data tersebut dimasukkan ke dalam Community Earth System Model, alat peramalan iklim yang digunakan oleh National Center for Atmospheric Research.
Hal ini memungkinkan mereka memperkirakan hasil panen per negara, serta perubahan lahan rumput dan perikanan laut.
Para peneliti kemudian membuat model bagaimana pendinginan suhu bumi, bersama dengan efek lainnya, seperti perubahan curah hujan, akan mempengaruhi hasil laut dan perikanan di setiap negara.
Bahkan skenario perang nuklir terkecil (India versus Pakistan) akan menjadi bencana bagi pasokan pangan dunia, kemungkinan membuat jutaan orang kelaparan. Mereka memperkirakan bahwa produksi kalori global rata-rata akan turun sebesar 7% selama lima tahun, yang akan menjadi perubahan terbesar sejak Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa mulai membuat catatan pada tahun 1961.
Setelah perang nuklir antara Rusia dan Amerika Serikat, jumlah makanan yang diproduksi di dunia akan berkurang 90% dalam 3 sampai 4 tahun dan 75% populasi sisanya akan kelaparan dalam 2 tahun.
Studi ini juga melihat potensi kebijakan mitigasi, seperti penggunaan biji-bijian pakan biasa sebagai sumber makanan bagi manusia dan peningkatan aktivitas penangkapan ikan. Namun, faktor-faktor tersebut tidak berdampak signifikan terhadap pasokan pangan global.
"Misalnya, lapisan ozon akan dihancurkan oleh pemanasan stratosfer, yang akan menciptakan lebih banyak radiasi ultraviolet di permukaan, jadi kita perlu memahami dampaknya terhadap pasokan makanan." Lili Xia, penulis utama studi tersebut mengatakan.
Komentar
Posting Komentar